Total Tayangan Halaman

Rabu, 29 April 2009

Ikhterus Atau Jaundice

Ikhterus atau Jaundice terjadi apabila kadar bilirubin serum meningkat diatas normal. Bilirubin merupakan pigmen kuning pada empedu yang dihasilkan dari pemecahan heme dan reduksi biliverdin (Danis 2004). Kekuningan pada kulit, mukosa dan sclera terjadi karena sifat bilirubin yang akan mewarnai jaringan dan cairan yang kontak dengan nya (Lindseth 2006). Secara umum kejadian ikhterus dapat terjadi dalam tiga bentuk, yaitu ikhterus pre-hepatik, ikhterus hepatik dan ikhterus post-hepatik. Ikhterus pre-hepatik terjadi apabila proses penghancuran sel darah merah mengalami peningkatan. Sel darah merah mempunyai waktu hidup dalam aliran darah selama 120 hari, setelah masa tersebut terlewati maka sel darah merah akan didegradasi di dalam limpa menjadi haemoglobin. Haemoglobin selanjutnya akan dipecah menjadi heme dan globin. Globin akan dikirim ke protein pool untuk digunakan kembali, sementara heme akan dipecah kembali menjadi Fe dan biliverdin. Fe akan di simpan untuk digunakan kembali di sumsum tulang, sementara biliverdin akan didegradasi menjadi bilirubin tak terkonjugasi (MacFarlane et al 2000). Bilirubin tak terkonjugasi memiliki sifat yang larut dalam lemak namun tidak larut dalam air sehingga tidak dapat diekskresikan kedalam empedu maupun urine. Bilirubin tak terkonjugasi tersebut akan berikatan dengan albumin dalam suatu kompleks larut air, kemudian diangkut oleh darah ke sel-sel hati (Lindseth 2006). Pada kasus anemia hemolitika, infeksi parasit darah atau penyakit autoimun yang menyebabkan terjadinya penghancuran sel darah merah secara berlebihan akan menyebabkan terbentuknya bilirubin dalam jumlah yang banyak. Pembentukan bilirubin yang berlebih tersebut akan melampaui kemampuan hati untuk melakukan konjugasi. Hal ini mengakibatkan kadar bilirubin tak terkonjugasi dalam aliran darah meningkat dan terjadi ikhterus pre-hepatik (MacFarlane et al 2000). Bilirubin tak terkonjugasi akan dikonjugasikan dengan asam glucuronic menjadi bilirubin terkonjugasi yang memiliki sifat yang larut dalam air sehingga dapat diekskresikan didalam urin dan empedu. Apabila terjadi kerusakan hati seperti pada kasus hepatitis, maka bilirubin gagal dikonjugasikan sehingga terjadi peningkatan kadar bilirubin tak terkonjugasi dalam darah dan terjadi ikhterus hepatik. Setelah dikonjugasikan bilirubin akan dialirkan bersama-sama dengan air, elektrolit, garam empedu, fosfolipid, kolesterol dan garam anorganik sebagai empedu (Lindseth 2006). Pada kasus cholelitiasis, cholengioma, fasciolosis dan kasus-kasus lainnya yang menyebabkan terjadinya obstruksi dukstus empedu akan menyebabkan empedu gagal diekskresikan dan tertahan didalam vesica velea. Hal ini akan menyebabkan empedu gagal diekskresikan dan bilirubin terkonjugasi akan diserap kembali untuk disekresikan dalam urin. Proses penyerapan kembali bilirubin terkonjugasi ini akan menyebabkan kadar bilirubin terkonjugasi dalam darah meningkat sehingga terjadi ikhterus post-hepatik.

Daftar Pustaka

Danis D. 2004. Kamus Istilah Kedokteran. Jakarta: Gitamedia press.

Lindseth GN. 2006. Gangguan Hati, Kandung Empedu dan Pankreas. Dalam buku Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses penyakit vol. 2, hlm. 472. Hartanto dkk, editor. Terjemahan dari Liver, Biliary And Pancreas Disorder. Dalam buku Pathophysiology: Clinical Concepts of Disease Processes. Price dan Wilson, editor. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran

Macfarlane PS, Reid R, Callander R. 2000. Pathology Illustrated. 5th Ed. London: Churchill Livingstone.


Tidak ada komentar:

Mengenai Saya

Foto saya
Depok, Jawa Barat, Indonesia
Veterinarian in PDHB drh. Cucu, dkk